Selasa, 22 Maret 2011

Tak Ada Yang Abadi

“Hari ini sungguh mulai terasa dia akan pergi jauh.“ Sahabat gw, Indah Putri Dhevril tiap harinya mulai berkeluh kesah.
“Setiap untaian kata yang terucap dari bibirnya hanya berisi kata gw ga sanggup lagi vin,.“
Setiap kali dia berucap seperti itu, gw pun selalu menjawab gw yakin lo bisa. Gw yakin lo kuat. Walaupun dalam hati gw juga yakin dia akan pergi.

Semenjak lulus dari bangku SMA dia hanya bisa terbaring lemah akibat penyakit kanker jantung yang dideritanya. Tiap hari gw hanya bisa melihat dia dengan keadaan seperti ini. Dia terlalu menderita dengan penyakit seperti itu, yang menurut gw sama sekali gak pantas diderita orang seperti dia.

Sementara tak pernah terbayang dalam benakku untuk sekalipun bersyukur atas anugerah kesehatan pada diri gw. Tiap hari gw disibukkan dengan jadwal kuliah yang padat. Maklum, gw sekarang berstatus sebagai mahasiswa baru di sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta. Sesibuk-sibuknya gw, tiap pulang kuliah gw pasti meluangkan waktu tuk sekedar berjumpa dengannya. Tuk sekedar melihat dan tahu keadaannya. Dia seperti matahari dalam gelap buatku. Dia sahabat terbaik yang pernah gw kenal. Terlalu banyak petuah dan saran darinya untukku. Terlalu banyak hal yang gw alami bareng dia.

Gw terkadang berpikir, sungguh terasa tak adil dia tidak bisa seperti aku. Dia tak seberuntung aku yang bisa merasakan duduk di bangku kuliah setelah lulus SMA. Gw teramat sangat tahu lo dia juga pengen banget merasakan duduk di bangku kuliah.

( Suatu hari sepulang kuliah... )

Seperti biasa, gw langsung bergegas menuju kediamannya. Gw masih ngeliat dia masih tidur dengan keadaan yang tak banyak berubah. Gw pun langsung menghampirinya.
“Put,“
“Put!“
“Putttttttt,“
Bangun!!!!!!!!
Ahh, lo ngagetin aja Vin! Ga teriak juga gw bisa denger kok Vin. Ehh,, tumben lo cepat datang ke rumah gw. Biasanya juga lo datangnya malam.
“Lo bolos kuliah ya?“
“Kata siapa? Orang seperti gw gak mungkin bolos kuliah put.“ Secara gw kan rajin.
Alahhhhh,, waktu SMA kan lo parah Vin.
Malah lo yang sering ngajakin gw cabut dari kelas. Kayak gw gak tau lo aja. “Tapi sekarang lo dah ga bisa ngajakin gw cabut lagi Vin dengan keadaanku yang seperti ini, ucap dia.“

Jangan pernah ngomong seperti itu lagi Put. Gw ke sini bukan untuk nemuin seorang Putri yang belakangan ini hanya bisa ngeluh.
Gw tahu maksud kata-kata lo Put ! Walaupun lo seperti ini, gw tetap pengen lo yang seperti dulu. Mana semangat lo!! Gw pengen lo optimis!! Gw pengen lo sembuh. Gw yakin masih ada jalan jika lo yakin dan percaya. Orang tua lo juga pengen lo seperti itu Put.

Terus? Gw ataupun lo ga bisa memungkiri kenyataan kan Vin. Tiap hari gw hanya bisa terbaring di tempat tidur ini. Gw hanya bisa seperti ini Vin. Tanpa ada perkembangan. Malah gw ngerasa tubuh gw tambah sakit.
Gw ga mungkin seperti dulu lagi Vin. Loe tahu sendiri lo semua dokter tempat gw berobat dan konsultasi sudah semakin gak jelas.

Diam Put! Gw gak suka lo ngomong seperti itu. Gw ke sini dengan tujuan ngeliat perubahan dari diri lo. Terutama dari spirit loe dulu dit.
Pokoknya mulai sekarang gw pengen lo optimis Put. Gw yakin lo pasti sembuh.
Ya kan?
Iya Vin. Thank’s ya Vin buat semuanya. Dengan keadaanku yang seperti ini, ternyata masih ada yang begitu peduli denganku.

“Vin!!!“
“Yapp..“
“Da apa Put.“
“Lo bener ga bolos kuliah kan?“

Gak lah Put. Sekarang gw dah beda. Gw bukan Viny yang dulu lagi. Gw pengen benar-benar serius belajar sekarang.

“Bagus lah Vin lo pola pikir lo sekarang seperti itu. Gw hanya bisa bilang lo kuliah yang benar. Harus benar-benar rajin.
Iya Put, itu dah pasti gw lakuin. Put, sekarang jam berapa?
“Emang kenapa Vin?“ Gw pengen balik ke rumah. Gw punya tugas kampus. Dikumpulinnya besok. Boleh kan Put?
Iya. Jelas boleh kawan. Besok lo ke sini atau gak?
“Pasti gw ke sini Put.” Gw kan dah janji tiap hari harus meluangkan waktu tuk sekedar bersua denganmu sahabat.
Okay deh lo dah kayak gitu. Lo hati-hati di jalan Vin. Jangan mampir ke mana-mana lagi.

“Iya deh bos.” Lo langsung tidur aja Put. Istirahat perlu lo perhatikan.
“Gw balik ya....“
“Iya Vin, jangan lupa besok mampir lagi.“
“Yoiiii Put,, ucap gw sambil berjalan meninggalkan kamarnya.“

( Keesokan harinya.... )

Seperti biasa gw masih menjalani aktivitas gw sebagai mahasiswa. Berangkat menuju kampus tercinta dengan sebuah sepeda motor.
Gak tau kenapa lo dah berbicara tentang masalah kampus gw begitu bersemangat. Mungkin ini hanya sebuah rasa penasaran seorang mahasiswa baru. Tidak banyak yang gw ketahui tentang kehidupan kampus. Kata Putri sih lalui saja seperti prinsip air yang mengalir. Dan menurut gw itu adalah sebuah kalimat yang paling tepat buat gw

( Di kampus.... )

Di kampus gw layaknya seperti mahasiswa lain pada umumnya. Belajar dan bergaul. Itu yang terlihat dalam keseharianku.
Sehabis kuliah seperti biasa gw pun langsung bergegas menuju rumah Putri.

( Rumah Putri.... )

“Putt!!!”
“Ehhh, lo Vin.”
“Kapan nyampenya ?”
“Dari kemarin. Ya baru nyampe lah Put.”
Gimana keadaan lo Put?
Masih seperti biasa Vin. Hari ini gw ngerasa lemah. Gak tau kenapa.
Lo gak nelpon dokter yang sering meriksa keadaan lo.
Gak Vin. Jadwal check up gw kan besok. Lagian gw dah minum obat kok.
Kenapa mesti nunggu sampai besok Put. Tinggal ngomong ke dokternya lo butuh dia.
Ngomong aja keadaan lo yang hari ini. Dokternya pasti langsung ke sini put. Gw yakin.
Gw takut terjadi apa-apa ma lo. Atau gw nanya ke orang tua lo aja.
Ga usah Vin. Gw ga mau kerjaan mereka terganggu hanya gara-gara gw.
Apa Put !!! Gara-gara lo. Emang lo pikir orang tua lo gak peduli ma lo. Gw tahu mereka peduli ma keadaan lo put. Gw tahu mereka sayang ma lo meskipun mereka sibuk dengan kerjaannya.
Ga usah Vin. Gw gak apa-apa kok.
Yakin lo put.
Iya Vin. Gak apa-apa.
Put, lo harus sembuh ya...
Gw pengen kita bisa ngalamin segala sesuatu bersama-sama. Seperti waktu SMA dulu put. Gw rindu ma seorang Putri yang sering gw sebut “The Strong Indah Putri“. Banyak hal yang bisa gw tiru dari kamu put. Cuma itu yang gw harap dari lo put.
Lo harus sembuh. Demi orang tua lo, demi gw dan demi orang-orang yang sayang ma lo put.
Lo gak mau kan ngecewain orang-orang yang sayang ma lo?
Iya Vin. Terima kasih buat semuanya. Gw gak tau apa yang bakal terjadi seandainya ga ada lo. Gw mungkin gak sanggup menghadapi semuanya tanpa lo put.
Gak usah berpikir seperti itu put. Gw dah anggap lo seperti saudara gw sendiri. Gw tahu kok yang lo rasain. Lo gw di posisi kamu put, mungkin gw lebih gak sanggup. Makanya gw masih kagum ma lo sampai sekarang. Lo itu kuat.
Gw gak bisa berbuat banyak buat lo put. Gw hanya bisa bantu lo dengan doa. Lo juga harus banyak berdoa. Kuncinya hanya itu.

Gak terasa jarum jam mulai menunjuk pada pukul 10.00.
Put !!! Gw pulang ya...
Dah jam sepuluh. Besok gw ke sini lagi. Tunjukkan perubahan buat gw besok.
Iya Vin. Thank’s ya..
Hati-hati Vin..
Iya Put, ucap gw sambil berjalan meninggalkan kamarnya.

Sesampainya di rumah, gw langsung makan kemudian menuju ke tempat tidur. Terasa susah ketika beberapa kali gw coba untuk memejamkan mata. Padahal hari ini sungguh terasa lelah. Terasa susah untuk tidur. Pikiran gw gak nyaman. Seperti ada beban besar dalam benak gw. Gak tahu kenapa tiba-tiba gw terpikir keadaan adit. Namun, lama-kelamaan tanpa terasa akhirnya gw bisa tidur.
( Keesokan harinya... )

Seperti hari-hari biasa gw bersiap-siap berangkat ke kampus. Gak tahu kenapa di jalan menuju kampus, gw masih terpikir dengan keadaan Putri. Seperti terjadi sesuatu dengannya.
Merasa seperti ini, gw pun memutuskan untuk menuju rumah Putri. Otomatis gw gak masuk kuliah hari ini.

( Di rumah putri... )

Sesampainya di rumah putri, gw pun langsung kaget melihat banyak orang berpakaian hitam layaknya menghadiri sebuah pemakaman. Tanpa pikir panjang gw langsung masuk ke dalam rumah.
Yang terdengar hanya tangisan dan lafal ayat suci Al-Quran. Mata gw langsung mengarah ke sebuah sisi dimana kain kafan membungkus sebuah tubuh. Di sebelahnya terlihat kedua orang tua putri meneteskan air mata.
Dalam hati gw berkata, dia telah pergi. Gw pun langsung menghampiri mayatnya. Orang tua putri pun hanya bisa berkata sabar Vin. Sahabat kamu telah pergi jauh meninggalkan kita. Yang Maha Kuasa ternyata lebih sayang sama dia. Mungkin inilah yang terbaik buat dia. Kami sangat menyesal. Kami sangat bersalah dengan keadaan ini.
Dia telah pergi. Percuma kita merasa menyesal dan bersalah. Yang terbaik hanyalah memanjatkan doa untuknya. Mudah-mudahan segala amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT.

“Hanya tersisa penyesalan.“ Gw sepenuhnya belum bisa menerima keadaan ini. Terlalu cepat dia pergi. Gw pun hanya bisa meneteskan air mata.
Selamat jalan “The Stonger Indah Putri“. Semoga engkau tenang di alam sana.